Diantara sekian banyak saudara dari keluarga saya, saya paling takjub dengan bibi saya. Ketika kami sedang mengadakan acara kumpul keluarga, terutama momen lebaran, ketika itu pula ketakjuban saya muncul terhadap dia. Semua mengkonsumsi air putih biasa-biasa saja. Tetapi, dia mengkonsumsi air putih seperti sedang meminum obat yang bukan main rasa tidak enaknya.
Kejadian tersebut sudah berlangsung lama, sampai-sampai dia coba cari air putih yang setidak-tidaknya mendekati rasa air putih yang biasa dikonsumsinya kalau dia sedang tidak berada di rumahnya. Saya menganggap hal itu biasa-biasa saja. Dalam pikiran saya, “Hanya bibi saya yang seperti itu, tidak ada orang lain yang minum air putih seperti dia.
”Mei 2017, akhirnya saya menemukan orang yang “seperti” bibi saya itu. Habibie namanya, dan ini pernyataannya: Saya rela tidak minum semalaman karena harus menunggu Semuril buka, karena kalau isi di tempat lain airnya tidak enak.
Akhirnya saya sadar, sensitifitas indera perasa seperti lidah tidak bisa dianggap sepele. Lidah setiap orang memiliki sensitifitas yang berbeda, dan yang memprihatinkan adalah yang memiliki sensifitas tinggi. Dia bisa menyatakan air putih itu rasanya enak atau tidak, dan rela untuk menahan tidak minum air putih. Karena itulah, kenapa air putih itu harus berkualitas baik. Jika kualitasnya baik, lidah akan merasakannya sekaligus juga berdampak baik untuk kesehatan. Dan jangan salah, air putih yang tidak enak itu besar kemungkinannya mengindikasikan kalau airnya tidak berkualitas baik dan pastinya berakibat fatal untuk kesehatan Anda.
Jadi, wajarlah seorang Habibie menahan dahaganya demi Semuril. Untuk lebih jelas tentang Semuril, silakan klik https://www.semuril.com/produk/
Dan yang penting lagi, Anda jangan sembarangan minum air putih.